Mengingatkanku pada dirimu
Aku masih disini untuk setia
Selang waktu berganti
Aku tak tahu engkau dimana
Tapi aku mencoba untuk setia
Sesaat malam datang
Menjemput kesendirianku
Dan bila pagi datang
Kutahu kau tak disampingku
Aku masih disini untuk setia
petikan gitar yang ku mainkan. Mengalunkan sebuah lagu yang bagiku menceritakan kehidupanku.
Tak ku sangka. Linangan air mata mulai membasahi wajah mungilku.
Yahh.. sampai saat ini aku masih menunggunya. Menunggu dia dengan setia. Tapi aku tau, semuanya takkan pernah kembali seperti sedia kala.
Aku tau, kini dia memiliki kehidupannya sendiri. Dan aku, akupun memiliki kehidupanku sendiri. Dia kini telah sah menjadi milik orang lain. Sedangkan aku? Aku masih mencari siapa yang akan memiliki ku sepenuhnya. Menggantikan posisinya dalam benak. Dan mewarnai langkah perjalanan kehidupanku.
Akupun sadar. Dia telah memiliki sang buah hati yang hadir ditengah-tengah kehidupannya. Yang melengkapi kebahagiaan keluarga kecilnya. Sedangkan aku? Jangan harap buah hati hadir dalam kehidupanku. Hingga saat ini pun aku tak segera menemui cinta sejatiku.
“Mengapa semua harus berakhir seperti ini?” gumamku sedih.
Aku merasakan kerinduan yang sungguh menyeruak dalam benak. Aku merindukan perhatian dan kasih sayang tulusnya. Aku merindukannya!
Permainan gitarku terhenti. Badanku terasa lemah lunglai. Tak ada keinginan untuk melakukan kegiatan malam ini. Makan pun aku tak ingin. Aku hanya ingin bertemu dengannya. Malam ini, dan saat ini juga. Tapi semua mustahil. Sangat mustahil!
*Flash back on..
Malam ini aku merasa sangat lelah. Pekerjaan yang menumpuk membuatku ingin segera menghempaskan tubuh ke tempat tidur kesayanganku. Namun sepertinya aku harus ekstra bersabar. Jalanan kota Jogja malam ini dipadati oleh kendaraan.
Maklum saja jika padat dengan kendaraan, karena malam ini adalah malam minggu. Dan tanggalnya pun bisa dibilang tanggal muda. Karena pada tanggal-tanggal itulah dompet orang-orang banyak terisi oleh lembaran-lembaran kertas berwarna-warni yang akan mereka pergunakan untuk belanja, jalan-jalan menghabiskan akhir pekan.
^
Setengah jam lebih perjalanan yang aku tempuh. Akhirnya sampai di depan gerbang rumah. Aku merasa sangat lega. Akhirnya kesempatan untuk aku segera istirahat akan segera tergenapi.
Namun, aku melihat ada sebuah mobil sedan hitam terparkir tepat di samping gerbang rumah. Mobil itu sudah tak asing lagi bagiku. Yahh.. itu adalah mobil kekasihku.
Kami sudah menjalin cinta kurang lebih sudah 2 tahun. Jatuh bangun kami menjalani hubungan kami. Tapi kami sungguh bersyukur karena setiap permasalahan dalam hubungan, selalu hubungan kami kembali normal seperti biasa.
Aku segera turun dari mobil dan segera menghampiri kekasihku.
“hay.. udah lama?” sapaku .
“enggak juga kok. Baru pulang kantor?” tanyanya sambil menyungginkan sebuah senyum yang menyenangkan.
“iya nih. Jalanan rame banget. Mana tadi kerjaan numpuk lagi.” Kataku sambil meletakkan sepatu ke tempatnya.
“aku buatin teh hangat ya? Biar pikiran kamu tenang.” Tawarnya.
“oke. Makasih sayang?” kataku dan dia membalas dengan senyum khas yang menenangkan itu.
Aku naik ke tangga dan segera menuju kamarku untuk sekedar berganti pakaian. Akhirnya aku harus kembali bersabar untuk menghempaskan tubuh ke tempat tidur. Setelah itu segera ke lantai bawah untuk menemui kekasihku kembali.
“ini teh hangatnya udah jadi. Segera kamu minum ya! Biar pikiranmu tenang. Oke sayang?” katanya dengan penuh perhatian.
“iya sayang.. makasih ! “ kataku sambil tersenyum.
Akhirnya kami pun mengobrol dengan asiknya di teras depan. Namun tiba-tiba raut mukanya serius.
“aku harus bicara serius sama kamu Ra!”
“baiklah. Kamu mau bicara apa?” kataku dengan setenang mungkin. Sejujurnya hatiku bergejolak. Sebab raut mukanya sangat serius.
“aku nggak bisa terusin hubungan kita!” katanya dengan tegas namun terselip nada lirih dari perkataannya. Akupun hanya membisu.
“maaf Neira?”
“kenapa?” kataku masih dengan sikap setenang mungkin.
“orang tuaku udah siapin pasangan buat aku. Namanya Rita.orang tuanya temen mama dan papa. Aku nggak bisa ngebantah mereka. Dan besok malam, aku akan tunangan sama Rita. Maaf Ra?” Dia tertunduk sedih.
Bibirku seketika membisu. Banyak kata yang ingin keluar dari mulut. Tapi tak ada daya untuk berkata.
Seketika mataku terasa panas. Pandanganku mulai samar-samar. Kenapa semua ini harus terjadi? Kenapa dia tak jujur pada orang tuanya bahwa dia telah memiliki kekasih? Apa arti hubungan yang kita jalin selama ini? Pikiranku terlalu kacau untuk memikirkan semua ini.
“aku cabut dulu Ra. Maaf dan makasih buat selama ini. Aku sayang kamu!” pamitnya sembari mengecup keningku dan segera berjalan meninggalkanku yang mematung sendirian.
Yahh.. itulah akhir hubungan kami. Dan beberapa bulan setelah mereka bertunangan, mereka pun memutuskan untuk menikah.
Aku hadir dalam pertunangan mereka, aku juga hadir di pernikahan mereka. Ketika berjabat tangan dengannya dan memberikan selamat padanya, aku bersikap seperti tak pernah ada sesuat yang terjadi antara dia dan aku. Namun aku merasakan sayatan-sayatan menggores benak.
Aku masih mencintainya. Hingga kini.
^
Waktu demi waktu, hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan pun berlalu. Sosoknya tak pernah pergi dari kehidupanku. Dan terus menghantui hari-hariku. Aku capek dengan semua ini. Aku lelah. Sangat lelah.
Kapankah aku akan menemukan sebuah cinta sejati? Cinta yang tak mengkhianati?
Selama ini aku selalu berusaha untuk meyakinkan diriku sendiri bahwa aku akan menemukan orang yang akan menggantikan posisinya. Dan menemukan kebahagiaan dalam keluarga. Yahh.. aku terus meyakinkan diriku hingga saat ini.
*Flash back off
Petikan gitarku terhenti ketika kenangan demi kenangan bersamanya telintas dalam pikir.
Aku harus mengambil keputusan. Aku harus menutup buku kenangan bersamanya dan tak terus larut dalam kenangan itu. Aku harus bangkit . aku harus mencari. Mencari sebuah cinta sejati yang akan mengisi lembaran kehidupanku yang masih kosong. Untuk cinta sejati torehkan tinta-tinta kehidupan di lembaran hidupku
0 Response to "Cerita Sedih - Cinta Yang Khianat"
Posting Komentar